Waktu dan Rasa

Chapter 2

Seminggu sudah berlalu sejak kabar mengejutkan itu terdengar. Hari-hari berjalan seperti biasa. Tapi, tidak dengan Lala. Seminggu itu, ia selalu berjalan mengitari gedung Fakultas Teknik dengan tujuan agar bisa bertemu dengan lelaki pujaannya itu lagi. Namun, usahanya pun nihil. Ia tidak pernah bertemu dengan Kaisar lagi, bahkan saat di area kosannya pun. Ya mungkin kalau bukan jodoh mau gimana.

"Dia kemana ya? Masa ditelen bumi sih? Apa jangan-jangan dia sebenarnya jin yang nyamar jadi manusia?!" Gumam Lala tiba-tiba dengan pandangan kosong ke laptop.

Di depannya, Axel sedang menatapnya dengan tatapan takut. "Apasih La?!" Katanya. Ia juga takjub dengan pemikiran aneh sahabatnya itu sendiri. 

Mau tak mau, Lala pun mendongakkan wajahnya dari laptop dan menatap wajah sahabatnya sedari SMP itu. "Lo  kan satu Fakultas sama dia, tapi kenapa lo nggak pernah ketemu sih sama dia?!" 

"Dia siapa sih? Gue juga gak tau mukanya yang mana" Sahut Axel kesal. Bagaimana tidak kesal, setiap hari, setiap waktu, setiap saat, yang ditanya sahabatnya itu hanyalah 'lo ketemu sama dia gak?' padahal wajahnya pun, Axel tidak tahu seperti apa. 

"Ih, emang lo gak pernah dengar yang namanya Kaisar di fakultas lo?" 

Axel pun menghela nafasnya dengan berat. Bisa-bisa langsung darah tinggian dia kalau begini terus. "Maaf bu, emang kalau satu Fakultas harus banget ya gue tanyain nama 'Kaisar' satu-satu di setiap jurusan?!" Tanyanya sarkas

"Benar juga ya" Lala menyetujui apa yang dikatakan Axel. Kaisar kan waktu itu hanya menyebutkan dia dari Fakultas apa, bukan jurusan apa. Lala masih berkutat dengan pikirannya sampai sebuah sentilan mendarat di keningnya. 

"Adawww" Keluh Lala kesakitan. Ia langsung memberikan tatapan membunuh kepada Axel. "Bisa gak biarin otak detektif gue ini bekerja dengan tenang?!" 

Axel pun tertawa dengan keras. Ia tidak peduli walaupun sedang berada di tempat umum. Tempat para remaja atau mahasiswa sepertinya sedang numpang mengerjakan tugas dan mengandalkan WiFi restoran cepat saji yang hampir disetiap kota ada.

"Memalukan" Kata Lala mencoba tidak peduli dengan derai tawa sahabatnya itu. Yang langsung dibalas Axel dengan mengacak-acak rambut Lala.

"Cepet kerjain tugas lo. Udah dua jam kita disini dan belum selesai-selesai juga." Kata Axel saat derai tawanya sudah mereda.

"Duhh, Xel, otak gue nggak bisa mikir nih. Mau tolongin gue nggak? Hehe"

Sadar akan kemana arah pembicaraan mereka, Axel pun langsung mengantisipasi dengan memberikan nada ancaman "La"

Senyum lebar di wajah Lala pun lenyap seketika, tergantikan dengan sebuah senyum melengkung di wajahnya. Ia kan hanya meminta tolong untuk melanjutkan tugasnya saja. "Iya deh iya. Enak banget sih babang Axel yang belum dikasih tugas sama sekali" Cibir Lala. Namun, mau tak mau dirinya harus kembali melanjutkan tugasnya yang sempat tertunda.

Pikiran Lala sedang sibuk dengan materi apa yang akan diketikan di laptopnya. Jari-jari nya pun tak tinggal diam, suara ketikan dan suara-suara di sekitar mereka berbaur menjadi satu.

Axel pun memakan kentang milik Lala, dan tangan satu nya lagi sibuk menekan layar ponsel. Ia dan Lala terlihat sangat sibuk dengan dunia nya masing-masing. Lala sibuk dengan tugasnya, Axel sibuk dengan permainan yang sedang dimainkannya. Sampai saat permainan sudah berakhir dan Axel dinyatakan kalah.
"Ah. Kalah lagi. Tim gue pada nggak benar banget mainnya" Katanya yang membuat Lala mendelik sebal. "Berisik"

Axel pun terkekeh sambil mengambil lagi kentang milik Lala "Sirius imit ci (serius banget sih)" Sahut Axel dengan huruf E dan A diubah menjadi huruf I. Seperti anak-anak jaman sekarang.

"EW" Lala kembali sibuk menatap layar laptopnya sampai suatu suara sahabatnya mengintrupsinya "La, ada yang ngeliatin lo terus tuh"

Lala pun langsung mendongakkan kepalanya "Siapa?! Kok gue jadi merinding ya. Berasa lagi diintai psikopat"

"Psikopat juga mikir-mikir kali kalau mau nyulik lo." Sahut Axel. "Itu arah jarum jam 9, lihat deh"

Lala pun langsung mengalihkan pandangannya kearah yang dimaksud. Seketika, tubuhnya membeli dan matanya Membulat. Pandangannya kembali menatap Axel.
"Apa ini yang dinamakan jodoh?!"


Note: Fakultas Kedokteran saya ganti jadi Fakultas Teknik. 


#CERBUNG

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Idola

Puisi Akrostik