Waktu dan Rasa

Chapter 3

"EH"

Satu kata itu berhasil membuat para pengunjung restauran cepat saji itu memandang heran kepada seorang gadis yang tadi berteriak, tidak lain tidak bukan adalah Lala.

"La, sumpah lo malu-maluin" Ujar Axel kesal dan berusaha menutupi wajahnya dengan tangannya agar para pengunjung disana tak melihatnya.

Lala yang tak peduli dengan gerutuan sahabatnya itu pun tetap melambai-lambaikan tangannya kepada seseorang yang dimaksud.

Mengerti bahwa yang dimaksud adalah dia, Kaisar pun membawa nampan yang berisi pesanannya ke arah meja yang ditempati oleh Lala dan Axel. Lalu duduk di sebelah Lala, setelah dirinya di persilakan untuk duduk.

"Kaisar kan? Yang pernah nemuin bon laundryan gue terus kita ngobrol sampai depan kosan gue" Ucap Lala dengan senyum yang tak pudar di wajahnya.

Kaisar pun tersenyum tak kalah manis. "Iya haha, gue ingat lo tapi lupa nama lo"

Mendengar itu, senyum di wajah Lala hilang seketika. Tapi tak lama setelah itu, senyum di wajahnya terbit kembali. "Gue Lala. Gapapa kok kalau lo lupa, wajar kali, namanya juga baru ketemu sekali."

"Cih" Axel mencibir, bermaksud meledek apa yang dikatakan Lala. Bermuka dua sekali pikirnya.

Sadar dengan maksud Axel, Lala pun mendelik, memberikan tatapan mematikan kepadanya "Diem lo"

"Buas banget dah"

Kaisar pun menyadari bahwa suasana sudah mulai canggung. Lantas, ia langsung sekadar berasa-basi.

"Cowoknya Lala ya?"

Satu pertanyaan itu berhasil membuat mereka terkejut dan melontarkan jawaban 'tidak' secara serempak.

"Ya kali cewek gue modelan dia. Jadi sahabatnya aja udah gak tenang gue, apalagi jadi cowoknya"

"Eh gue juga ogah kali pacaran sama cowok model engsel kayak lo." Ucap Lala pedas. "Lagipula, kalau lo selama ini ga ikhlas jadi sahabat gue, yaudah putus pertemanan aja kita"

Axel pun tertawa. "Yaelah, baper amat"

"Dih"

Seketika hening, lalu fokus Lala kembali kepada lelaki disampingnya itu.

"Bisa kebetulan banget ya kita ketemu disini."

"Apa jangan-jangan jodoh?!" Sahut Lala asal dan disusul oleh gelak tawa Kaisar.

Lala dibuat terperangah. Tak menyangka bahwa seorang Kaisar bisa tertawa selebar itu. Bahkan tertawa untuk hal yang sama sekali tidak lucu menurut Lala.

"Maaf-maaf" Ucap Kaisar saat tawanya sudah mereda. Lalu mereka berbincang-bincang dari hal penting, sampai hal tak penting sekalipun. Seakan-akan dunia milik berdua dan Axel hanya menumpang.

Axel yang sudah mulai bosan dan ada sesuatu yang memanggilnya pun angkat bicara. "Cielah, gue jadi kambing disini. Oh iya, lo masih mau disini kan La? Gue cabut dulu ya, ada urgent nih"

"Pake nanya lagi, ya masih lah." Jeda sebentar. "Ada urusan apa lo emang?"

"Biasa, panggilan alam. Kalau disini gue nggak bisa lama ntar. Lo tau sendiri kan gue nabung harus tenang dan syahdu. Gue nggak mau kalau lagi asyik nabung di gedor-gedor"

Lala pun mengeluarkan tatapan geli nya "Yaudah sana deh lo. Gue takut tiba-tiba keluar disini. Ew"

Axel pun tertawa dan mengucapkan salam perpisahan kepada Lala dan Kaisar. Lalu, bayangannya menghilang di keramaian jalanan. Tinggalah mereka berdua dan melanjutkan obrolan-obrolan yang sempat terhenti tadi.

*

Gadis itu turun dari sepeda motor sang lelaki yang mengantarnya hingga depan gerbang kosannya. Saat dijalan, sempat terjadi sedikit drama, yaitu Sandal yang dipakai Lala tertukar dengan milik Axel. Sehingga, saat dijalan, Lala tak henti-henti ya merutuki kebodohannya dan Axel.

"Makasih ya" Ucap Lala tulus, yang dibalas Kaisar dengan anggukan singkat.

"Hm, La"

Lala pun mendongakkan wajahnya menatap Kaisar. "Kenapa Kai?"

Diam sejenak. Hingga pertanyaan dari bibir Kaisar pun terlontar dengan sendirinya.
"Lo, sedekat itu ya sama Axel?"

Lala terdiam. Lidahnya terasa kelu. Padahal, itu adalah pertanyaan yang sangat mudah dijawab.

Tbc.

#Cerbung


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Idola

Puisi Akrostik